Penyesuaian Perayaan Ekaristi untuk Anak-anak

oleh: Rm. Emanuel Hane, Pr

1. Pendahuluan
Perayaan Ekaristi adalah kegiatan Gereja sekaligus kegiatan bersama, demi kepentingan umat, termasuk anak-anak yang sudah dibaptis. Anak-anak berhak untuk merayakan Ekaristi sesuai dengan keadaan mereka. Maka kesempatan pertemuan ini merupakan kesempatan baik untuk membagi pengalaman berekaristi dengan anak-anak, agar kita semakin kaya melaksanakan tugas pelayanan di kemudian hari.

2. Belajar dari Pedoman
Untuk pertemuan ini terlebih dahulu saya akan kemukakan beberapa pedoman untuk diperhatikan. Ada keuntungannya. Di satu pihak, dapat meneguhkan kita jika apa yang kita lakukan sungguh sesuai dengan keinginan Gereja, dan di pihak lain dapat membuat kita mawas diri agar perayaan Ekaristi yang kita rayakan bersama anak-anak selanjutnya, tidak terlalu melenceng jauh dari yang diharapkan Gereja universal.

Yang dipedomani adalah direktorium misa dengan anak-anak yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen pada 1 November 1973, dengan judul �Pueros Baptizatos / Directory on Children�s Masses�.[1] Harus diakui bahwa kita punya dua pedoman terbaru tentang Ekaristi, yaitu Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) dan Redemptionis Sacramentum (RS) yang mengatur kegiatan gereja yang satu ini, namun kedua pedoman terbaru itu lebih mengatur perayaan Ekaristi secara umum. Tidak berbicara tentang misa untuk anak-anak. Namun, apa yang digariskan dalam PUMR dan RS sebenarnya sangat mendukung apa yang telah dikemukakan dalam direktorium itu; direktorium yang memberikan peluang kongkrit dan besar buat penyesuaian dalam perayaan Ekaristi dengan anak-anak.

Direktorium ini terdiri dari 3 bab, dengan sub pokok bahasannya masing-masing. Saya pusatkan perhatian pada Bab III yang bertema �Misa Anak-anak di mana beberapa orang dewasa berpartisipasi�. Itupun tidak semua, karena yang dipetik hanyalah yang diperlukan saja.

No. 22: Antara lain menyatakan bahwa dalam perayaan untuk anak-anak, hendaknya anak-anak memainkan peran secukupnya dalam:
(1) persiapan ruangan serta altar [29];
(2) menyanyi dan musik [32],
(3) memaklumkan bacaan suci non Injil [24 dan 27]
(4) menjawab pertanyaan-pertanyaan homilist selama homili dialog berlangsung [48]
(5) membawakan intensi-intensi doa umat, membawa persembahan ke altar, serta beberapa hal lainnya, sesuai dengan kebiasaan setempat [34].

No. 29: Setiap perayaan Ekaristi untuk anak-anak sepatutnya dipersiapkan sebelumnya, ter-utama doa-doa, nyanyian-nyanian, bacaan-bacaan, doa umat, dekorasi, alat-alat serta bahan-bahan persembahan.

No. 30-32: Nyanyian patut disesuaikan dengan kemampuan anak dan kekhasan umat [30]; untuk memudahkan partisipasi anak dalam nyanyian Kyrie, Gloria, Sanctus dan Agnus Dei, hendaknya teks-teks disesuaikan dengan latar belakang psikologis anak [31]; perlu diper-gunakan musik, dan jika perlu anak-anaklah yang memainkan alat-alat musik itu [32]. Hal-hal itu sangat membantu anak-anak untuk berdoa, dan mengangkat madah puji syukur kepada Tuhan.

No. 34: Sebagai kegiatan simbolis, dan sesuai dengan psikologi anak, perlulah beberapa anak berpartisipasi sebagai manusia utuh, khususnya dalam perarakan masuk, perarakan Injil, persiapan persembahan, dan tentu saja untuk yang sudah berkomuni, berarak untuk menerima komuni.

No. 36: Gambar buatan anak-anak, hendaknya dipakai dalam ilustrasi homili, doa umat, serta tema doa-doa, karena akan sangat membantu.

Beberapa Pedoman Dalam Hubungan Dengan Bagian-bagian Misa
No. 39: Untuk membantu anak terbiasa dengan perayaan misa bersama kaum dewasa, hendaknya upacara dan teks tertentu tidak boleh diubah, seperti: aklamasi-aklamasi dan jawaban umat atas salam imam, Bapa Kami, rumusan Triniter di waktu berkat akhir misa. Syahadat Para Rasul (syahadat singkat) dapat dipergunakan (lihat juga no. 49), tetapi mereka juga hendaknya dibiasakan dengan Syahadat Panjang.

A. Ritus Pembuka:
No. 40: Diizinkan juga untuk menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam ritus pembuka, tetapi hendak selalu diakhir dengan doa pembuka.

B. Liturgi Sabda:
No. 42: Di hari Minggu dan hari raya, 3 bacaan dapat dikurangi menjadi 2 atau 1 bacaan. Injil hendaknya selalu ada.
No. 43: Konferensi para uskup dapat mempersiapkan lectionarium untuk anak-anak.
No. 47: Perhatian besar sesungguhnya diberikan kepada elemen-elemen liturgi sabda untuk membantu anak-anak memahami bacaan-bacaan suci. Maka perlu ada introduksi menjelang bacaan berupa penjelasan konteks bacaan, penjelasan tentang sabda dalam hubungan dengan hidup para kudus yang diperingati.
No. 48: Homili kepada anak-anak dapat berupa dialog dengan mereka. Dapat ditambahkan dari no. 24: Bila pastor paroki atau pengurus gereja setuju, maka seorang awam yang mampu, dapat membawakan homili, terlebih jika imam sukar menyesuaikan diri dengan alam pikiran anak-anak.

C. Doa-doa Presidensial:
No. 51: Karena doa-doa presidensial Misale Romawi lebih diuntukkan bagi kaum dewasa, maka dapat disesuaikan dengan keadaan anak, seraya mempertahankan maksud dan isi doa-doa itu.
No. 52: Sebagai pusat dan puncak perayaan Ekaristi, Doa Syukur Agung (DSA) patut didaraskan sedemikian rupa agar menarik anak-anak dan sepatutnya anak-anak berpartisipasi di dalamnya dengan aklamasi.
Puji Tuhan karena DSA 8-10 dalam TPE 2005 telah menjawabi kebutuhan kita yang terakhir ini (ada aklamasi).

D. Upacara-upacara sebelum Komuni:
No. 53; Sesudah DSA, hendaknya selalu menyusul Bapa Kami, pemecahan Roti dan undangan untuk berkomuni, karena ketiga (3) unsur itu penting sebagai unsur pembentuk bagian misa ini.

E. Ritus Penutup:
No. 54; Sebelum berkat akhir dan pengutusan, perlu ada pengarahan singkat dan peringatan untuk melaksanakan apa yang telah dirayakan (khususnya amanat/pesan Tuhan), agar hubungan antara perayaan Ekaristi dan hidup jelas dilihat oleh anak-anak.
Jika masih ada hal lain dalam direktorium itu yang belum disinggung, silahkan pelajari sendiri.

3. Apa yang dapat kita laksanakan?
Walaupun hanya beberapa nomor pedoman misa dengan anak-anak yang dikemukakan dalam pertemuan ini toh menurut saya sudah ada pegangan secukupnya yang membantu kita sharing sekaligus mempersiapkan diri untuk melayani anak-anak dalam karya kita selanjutnya sebagai pembina iman anak.

Supaya kemungkinan lebih terbuka kepada para peserta untuk berefleksi, sharing pengalaman dan saling memperkaya dalam praktek yang satu ini, saya hanya mengemukakan satu dua tambahan ala kadarnya.

Pandangan umum yang saya utarakan sebelumnya adalah hubungan kuat antara hidup harian dengan perayaan itu sendiri. Bahwa hidup sebelum perayaan mengarah kepada dan memuncak di dalam perayaan Ekaristi, dan hidup selanjutnya merupakan perwujudannya, karena Ekaristi adalah Puncak kehidupan kita.

Di samping itu, hidup harian kita berkaitan erat dengan Ekaristi sebagai sumber, karena dari Ekaristilah kita memperoleh kekuatan Ilahi guna melaksanakan kegiatan kristiani kita termasuk pelayanan kita kepada anak-anak.

Persiapannya baik yang jauh (praeparatio remota) maupun yang dekat (proxima), yang terjadi dalam hidup harian sungguh penting. Ia bahkan dipandang sebagai bagian dari perayaan Ekaristi itu sendiri. Sehingga orang yang mempersiapkan diri serta anak-anak guna merayakan Ekaristi dengan baik, dapat dikatakan sudah memulai kegiatan itu sendiri. Dan persiapan yang dimaksud adalah persiapan lahir batin. Merayakan Ekaristi tanpa persiapan lahir batin akan sangat membosankan. Begitu juga dengan usaha-usaha perwujudannya dalam hidup. Apa pengalaman Anda dalam hal ini?

Yang sudah biasa dilakukan dalam persiapan perayaan Ekaristi adalah:
(1) Persiapan nyanyian dan musik untuk perayaan itu sendiri. Dalam hubungan dengan unsur liturgi ini, saya ingin ketengahkan bahwa nyanyian dan musik liturgi yang baik adalah yang melayani liturgi. Apa komentar Anda tentang hal ini?
(2) Persiapan ruangan (tempat perayaan), dekorasi, sarana homili, dan alat serta bahan persembahan. Apa pengalaman Anda?
(3) persiapan teks, baik doa maupun bacaan Kitab Suci. Apa pengalaman Anda?
Dalam perayaan itu sendiri, ada banyak sekali yang sudah kita laksanakan. Maka, kesempatan seluasnya diberikan kepada peserta.
Mengenai hidup sebagai kelanjutan dari perayaan, perlu saya kemukakan pertanyaan kecil ini: Apa pernah ada evaluasi bersama anak-anak? Apa yang Anda temukan dari anak-anak dan apa pengalaman Anda?

4. Penutup
Sebelum mengakhiri makalah sederhana ini, saya ingin tekankan bahwa perayaan Ekaristi juga adalah karya Tuhan, bukan melulu usaha manusia saja. Sebagai karya manusia, kita hendaknya melaksanakan hal-hal manusiawi kita dengan baik. Sebab di dalam Ekaristi, terdapat puncak karya kita memuji dan memuliakan Tuhan. Walaupun memuji dan memuliakan Tuhan tidak pernah menambah kemuliaan Tuhan, kita puji Dia atau tidak, Dia tetap tinggi, terhormat dan mulia. Toh kita hendaknya memuji dan memuliakan Dia, karena disitulah terletak kehormatan dan keselamatan kita.[2]
Sebagai karya Tuhan, hendaknya kita juga membiarkan Tuhan berkarya dengan cara-Nya sendiri dalam diri kita, terlebih dalam diri anak-anak. Sebab Ekaristi adalah puncak karya Allah menguduskan kaum beriman. Dan hanya kalau kita memiliki selera yang baik mengenai cara melaksanakan perayaan Ekaristi dengan baik, maka kita akan merasakan dampak kegiatan kita itu dalam hidup kita dan hidup anak. *** (Penulis adalah Dosen Liturgi di Seminari Tinggi St. Mikael, Kupang)

[1] �Directory on Children�s Masses�, dalam The Conciliar and Post Conciliar Documents, A. Flannary (ed.), Northport, New York, 1981, hlm. 261ss.[2] Prefasi Umum IV, TPE 2005, KWI, Kanisius, 2005, hlm. 99

Sumber : http://www.liturgi.web.id/

Post a Comment

Previous Post Next Post