Latest News

Saturday, January 26, 2019

YHWH haus Darah ?


Ada beberapa orang Kristen yang menunjukkan bahwa Tuhan yang disembah oleh orang Islam adalah Tuhan yang haus darah. Sebagai balasan, orang Islam menunjukkan bahwa Tuhan orang Kristen juga suka darah, sebagaimana yang ditulis dalam kitab Yoshua. Seluruh kitab Yoshua seperti kitab pembantaian. Nah bagaimana sanggahan kawan-kawan Kristenku?

Sebagai non-fundamentalis, saya dapat mengerti pemikiran mereka. Marilah kita melihat sejarah. Kitab Yoshua tidak ditulis segera setelah bangsa Israel measuk ke Tanah Perjanjian. Kitab Yoshua ditulis pada masa pembuangan Babel. Ingat, kitab Yoshua termasuk kelompok Deuteroministik. Ini bearti kita tidak dapat memandang kitab ini sebagai buku sejarah modern yang mencatat segala sesuatu dengan seakuratnya. Israel memiliki pasukan yang sedemikian hebatnya hingga dapat membantai sejumlah kota dalam selang waktu dekat? Mengapa setelah Yoshua mati, dan zaman hakim-hakim dimulai (Hak 1:1), kesan yang ditimbulkan beda? Coba baca kitab Hakim-hakim, terlukiskan bahwa Israel kadang dikuasai oleh bagsa asing, kadang merdeka di bawah pimpinan para Hakim. Suatu kenyataan yang sangat berbeda.


Gambaran yang diberikan oleh penulis kitab Hakim-hakim lebih dapat dipercaya dari pada Yoshua. Hubungan Israel dan bangsa asing sekitarnya dan kemudian penaklukan Israel terhadap bangsa asing berkembang dalam hitungan abad, di mana tiap episode muncullah pemimpin yang digelari hakim. Kitab Yoshua berisikan cerita yang merangkum perjuangan Israel meraih hegemoni di Tanah Perjanjian. Penulis kitab Yoshua merangkum perang yang terjadi dalam rentang abad menjadi hitungan tahun sehingga terlihat bangsa Israel menghapuskan satu bangsa dalam sekali perang. Sesuatu yang tidak mungkin, mengingat mereka adalah pendatang yang belum beradaptasi dengan medan sekitar Tanah Perjanjian.  

Genosida, Pencatutan Nama, atau Hiperbola?
Mari kita lihat keadaan yang dialami oleh bangsa Israel di pembuangan Babel  (550 SM). Deuteroministik disusun saat masa pembuangan Babel. Orang Israel saat itu dihadapkan pada persoalan sulit, bertahan hidup di negeri orang. Apakah mereka perlu untuk kawin mawin dengan orang setempat? Apakah mereka perlu menyerap kebudaan bangsa lain? Sejauh apa mereka harus bdradaptasi? Di tengah-tengah kegalauan inilah, penulis kitab Yoshua diinspirasi Allah dan mengayunkan kuasnya. Sang penulis dilingkupi oleh satu kekuatiran yaitu kaum bangsanya tunduk menyembah allah lain, menyalahi Perjanjian dengan YHWH, dan berakibat pada kemusnahan total bangsa Israel. Penulis yang gelisah ini mengajak orang sebangsanya untuk mengingat peperangan yang terjadi ketika leluhur mereka memasuki Tanah Perjanjian. Sang penulis ingin menunjukkan bahwa sebagaimana Yoshua membasmi bangsa asing agar praktik penyembahan berhala mereka tidak meracuni leluhur Israel, maka bangsa Israel yang ada di pembuangan pun tidak boleh dirasuki oleh praktik penyembahan berhala. Tidak tanggung-tanggung, demi menunjukkan tujuannya, penulis kitab Yoshua membesar-besarkan korban dan merangkum beberapa perang menjadi satu. Tujuannya jelas supaya bangsa Israel di pembuangan Babel yang mungkin sudah setengah meng-adopsi praktik penyembahan berhala terhenyak oleh fakta bahwa leluhur mereka tidak mau bergabung dengan bangsa kafir. Tema perang suci pun diangkat.

Bagi kita orang Perjanjian Baru, pesan yang dapat ditangkap adalah Tuhan adalah Allah yang setia, yang menepati perjanjianNya yaitu menyerahkan Tanah Perjanjian kepada Israel. Mengenai peperangan dan pemusnahan sistematik, kita yang diterangi oleh Perjanjian Baru secara intuisi akan menolak pandangan bahwa Tuhan adalah Allah yang haus darah karena Tuhan Yesus yang kita kenal pastilah bukan Allah yang macam begitu. Kitab Suci mencatat bagaimana Israel memaknai peperangan yang dilakukan leluhur mereka dalam meraih hegemoni, sesuatu yang akan dilakukan oleh bangsa lain, dan menggunakan makna ini untuk mempertahankan tradisi Yahudi dari serangan budaya kafir di pembuangan Babel. 



Referensi


Lukefahr. A Catholic Guide to The Bible. Jakarta: Obor. 2008. 

http://ipsaconteretcaputtuum.blogspot.com/2012/01/yhwh-haus-darah.html

No comments:

Post a Comment

Tags