Oleh: Romo P. Mutiara Andalas, SJ
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam berbagai kesempatan berbagi pengalaman merayakan Ekaristi Kaum Muda (EKM) adalah langkah-langkah persiapannya. Sangat ideal sebuah paroki yang berniat menyelenggarakan EKM memiliki tim animasi liturgi. Tugas utama tim animasi liturgi adalah mendampingi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi beserta refleksi penyelenggara EKM. Jika belum memiliki personil yang lengkap untuk sebuah tim animasi, beberapa pribadi yang berhati besar pada orang muda, dan berpengetahuan dalam Kitab Suci, serta melek kesenian, terutama musik, tarian dan drama liturgi, duduk bersama untuk berperan sebagai embrio tim animasi liturgi. Seorang imam di paroki yang memiliki perhatian besar pada katekese iman orang muda perlu mendampingi tim ini.
Perayaan Ekaristi Kaum Muda membutuhkan keberadaan lebih dari sekedar tim animasi liturgi beserta imam sebagai pendamping ideal. Untuk menjamin keberlanjutan penyelenggaraan EKM, tim animasi liturgi perlu komunitas-komunitas pendukung. Idealnya, kebutuhan akan ketersediaan lagu EKM mendorong pembentukan komunitas pencipta lagu. Menyadari bahwa ungkapan iman melampaui bahasa doa dan nyanyian, tim animasi perlu dukungan komunitas-komunitas kesenian, seperti tari dan drama. Penyelenggaraan perayaan Ekaristi Kaum Muda membutuhkan infrastruktur yang kuat. Banyak tim animasi liturgi EKM lemah dalam dukungan infrastruktur. Ketika infrastruktur masih lemah, tim animasi liturgi dapat melibatkan kelompok-kelompok potensial untuk mendukung penyelenggaraan EKM.
Gagasan mendiang Tom Jacobs mengenai Ekaristi sebagai perayaan iman pantas mendapatkan perhatian. Beliau pakar dalam membaca dokumen-dokumen gereja tentang liturgi Ekaristi, dan berpengalaman secara pastoral, terutama dalam melayani Ekaristi di gereja St. Antonius Kotabaru. Perjumpaan langsung penyelenggara Ekaristi dengan beliau dan pembacaan atas tulisannya memberikan inspirasi sangat kaya tentang katekese liturgi melalui perayaan Ekaristi. Beliau mewanti-wanti agar Ekaristi jangan jatuh menjadi upacara atau kewajiban, melainkan perayaan. Para penyelenggara Ekaristi sedapat mungkin menyesuaikan perayaan dengan umat yang hadir. Paroki St. Antonius Kotabaru, misalnya, menyelenggarakan EKM karena menyadari bahwa partisipasi orang muda dalam Ekaristi berbeda dari anak, remaja, dewasa atau lansia.[1]
Dalam rangka pembinaan iman, perayaan liturgi akan lebih mengena jika bacaan, doa, dan nyanyian sedapat mungkin dipilih seusai dengan keperluan, taraf pendidikan, dan kemampuan rohani umat yang hadir�. Karena ada banyak kemungkinan untuk memilih bagian-bagian rumus misa, maka diakon, lektor, penyanyi mazmur, komentator dan paduan suara masing-masing harus tahu sebelum perayaan, bagian yang akan mereka bawakan. Jangan sampai terjadi sesuatu dilakukan tanpa persiapan. Koordinasi yang baik dan penyelenggaraan yang serasi akan sangat menolong umat untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi dan lebih merasakan manfaatnya.[2]
Tim animasi liturgi jangan lepas tangan terhadap persiapan penyelenggara Ekaristi Kaum Muda. Kegiatan penyelenggara menyiapkan EKM meliputi membaca Kitab Suci, menentukan tema, menyusun alur, memilih nyanyian, memilih kesenian liturgis, menyusun teks Ekaristi, dan gladi kotor serta bersih. Penyelenggara yang baru pertama kali menyiapkan EKM seringkali membutuhkan waktu lebih panjang. Untuk memfasilitasinya, tim animasi liturgi dapat mengalokasikan waktu satu minggu untuk masing-masing kegiatan persiapan. Penyelenggara yang telah beberapa kali menyiapkan EKM lebih fleksibel dalam manajemen waktu. Mereka barangkali lebih cepat dalam pembacaan Kitab Suci atau penentuan tema atau pemilihan nyanyian, tetapi lebih lamban dalam penyusunan alur atau doa atau pemilihan kesenian liturgis.
Dinamika Persiapan Penyelenggara EKM
Membaca Kitab Suci
Persiapan perayaan Ekaristi kaum muda mulai dengan membaca dan menafsirkan Kitab Suci. Tujuannya penyelenggara EKM sungguh-sungguh memahami misteri Kristus dan sejarah keselamatan.[3] Mereka meneruskan sejarah Gereja yang berkumpul bersama untuk merayakan perjamuan Tuhan dan untuk membaca �yang tercantum tentang Dia dalam seluruh Kitab suci (Luk 24:27). Pembacaan Kitab Suci penting bagi penyelenggara EKM karena dari Kitab Suci dikutip bacaan-bacaan, yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan. Dan karena ilham serta jiwa Kitab sucilah dilambungkan permohonan, doa-doa dan madah-madah Liturgi; dari padanya pula upacara serta lambang-lambang memperoleh maknanya.[4]
Menentukan Tema
Pencarian tema memiliki jangkauan lebih jauh dari menggaulkan pesan Kitab Suci kepada orang muda. Jika pemahamannya terbatas menggaulkan pesan KS kepada mereka, penyelenggara EKM baru menggarap kemasan, belum isi. Dalam bahasa orang muda, teks EKM gaul pada sampul, tetapi jadul pada halaman-halaman isi. Sebuah tema EKM yang baik merasuki sekaligus menggerakkan seluruh bagian perayaan Ekaristi. Penyelenggara EKM mendialogkan secara mendalam teks Kitab Suci dengan konteks kehidupan orang muda berikut problematikanya untuk dapat merumuskan tema. Homili merupakan saat istimewa bagi imam dalam perayaan Ekaristi untuk mengudar tema. Imam pada satu sisi �menghubungkan bacaan-bacaan dengan Doa Syukur Agung dan pada sisi yang lain �membuat hubungan dengan kenyataan hidup sehari-hari�.[5]
Menyusun Alur
Isu besar dalam perayaan Ekaristi Kaum Muda adalah durasi penyelenggaraan. Kemampuan orang muda untuk berpartisipasi penuh dalam doa bersama terbatas. Mereka perlu menyeimbangkan kemampuan psikologis orang muda untuk berdoa bersama dan tujuan Ekaristi sebagai kebaktian kepada Allah. Mengulur-ulur waktu mudah sekali memerosokkan perayaan Ekaristi menjadi upacara yang bertele-tele.[6] Untuk mendamaikan kemampuan psikologis orang muda dan tujuan Ekaristi ini, penyelenggara menyusun alur berikut run down perayaan EKM. Untuk menjamin keharmonisan antarbagian Ekaristi, tim animasi liturgi mendampingi penyelenggara EKM dalam gladi kotor dan bersih. Tim animasi liturgi merekomendasikan beberapa usulan kepada penyelenggara EKM untuk penyempurnaan alur.
Menyusun Doa
Dalam doa, orang muda menghadap Allah. Alih-alih menghadap Allah, doa yang kurang baik justru melarikan orang muda dari kenyataan hidup.[7] Orang muda memulai doa dengan pengakuan iman akan Allah sebagai Allah. Dalam doa, mereka mengalami Allah sebagai Pribadi yang dekat.[8] Sebagaimana tuturan pemazmur, �dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu keatasku� (Mzm 139, 5). Penyelenggara EKM perlu menghindarkan diri dari menyusun rumusan doa yang formalistik. Kandungan doa berangkat dari arti Allah bagi seseorang. Ada suatu hubungan timbal balik antara doa dan pengalaman hidup. Doa tidak pernah menjadi real, kalau Tuhan tidak dialami dalam hidup yang real.[9]
Memilih Nyanyian
Penyelenggara Ekaristi Kaum Muda seyogyanya memilih lagu-lagu liturgi sederhana sehingga seluruh umat tanpa kesulitan menyanyikannya. Baik mengingat bahwa Ekaristi merupakan perayaan umat. Yang menyanyi dalam perayaan EKM adalah umat, sebagian besar orang muda, bukan paduan suara. Paduan suara memiliki tempat istimewa dalam menggerakkan dan memelopori umat dalam menyanyi. Kehadiran paduan suara yang membawakan lagu-lagu indah, bahkan bernilai kesenian tinggi, tetapi hanya mereka yang dapat menyanyikannya, menghalangi partisipasi penuh umat dalam Ekaristi.[10] Paduan suara juga perlu mengintegrasikan lagu-lagu pilihannya secara harmonis ke dalam seluruh perayaan Ekaristi. Jangan sampai nyanyian menjadi suatu pertunjukan tersendiri yang terlepas dari perayaan Ekaristi. [11]
Memilih Kesenian Liturgis
Desain banyak arsitektur gereja lama, bahkan baru, terbatas untuk ruang ekspresi iman dalam bentuk kesenian liturgis. Karena keterbatasan arsitektur gereja, sebagian penyelenggara kemudian meminimalkan, bahkan meniadakan pembacaan puisi, tarian, dan drama dari perayaan Ekaristi Kaum Muda. Menyadari pentingnya ruang ekspresi iman dalam bentuk-bentuk kesenian liturgis, sebagian gereja berinisiatif untuk merekayasa ruangan sehingga orang muda menjadi lebih mungkin mengekspresikan imannya secara penuh. Sekitar altar seringkali menjadi ruang yang mungkin untuk ekspresi iman dalam bentuk kesenian liturgis. Orang muda, yang berkomitmen menjaga kesakralan ruangan di sekitar altar, hendaknya mendapatkan izin dari imam paroki untuk mengekspresikan imannya.
Teks Ekaristi Kaum Muda
Memasukkan materi-materi tertentu dalam, apalagi mengeluarkannya dari, teks Ekaristi Kaum Muda perlu mempertimbangkan efeknya terhadap partisipasi umat. Teks merupakan bantuan bagi mereka untuk partisipasi lebih penuh dalam Ekaristi. Keterbatasan biaya memaksa sebagian penyelenggara mengeluarkan lagu-lagu dari teks Ekaristi. Peniadaan ini sangat merugikan umat karena resikonya mereka lebih pasif dalam perayaan Ekaristi dan terbatas menonton paduan suara. Jika paroki mampu menambah fasilitas pendukung di dalam gereja, penyelenggara dapat menayangkan teks dalam powerpoint yang ramah secara ekologis untuk meningkatkan partisipasi umat dalam Ekaristi. Jika paroki belum mampu menyediakannya, penyelenggara perlu mengatasi kesulitan ini dengan sesedikit mungkin mengorbankan partisipasi umat.
[1] Tom Jacobs, SJ., Misteri Perayaan Ekaristi: Umat Bertanya, Tom Jacobs Menjawab (Yogyakarta, YK: Kanisius, 1996), 139.
[2] General Instruction of the Roman Missal No. 31.
[3] Bdk. SC No. 16.
[4] SC No. 24.
[5] Tom Jacobs, SJ., Misteri Perayaan Ekaristi: Umat Bertanya, Tom Jacobs Menjawab, 64.
[6] Bdk. Tom Jacobs, SJ., 146.
[7] Tom Jacobs, SJ., Teologi Doa (Yogyakarta, YK: Kanisius, ), 12.
[8] Tom Jacobs, SJ., Teologi Doa, 13.
[9] Tom Jacobs, SJ., Paham Allah dalam Filsafat, Agama-agama dan Teologi (Yogyakarta, YK: Kanisius, 2002), 238.
[10] Bdk. Tom Jacobs, SJ., Misteri Perayaan Ekaristi, 164-5.
[11] Bdk. Tom Jacobs, SJ., 174.
Romo P. Mutiara Andalas, SJ
Doktor teologi lulusan Jesuit School of Theology di Santa Clara, Berkeley, Amerika Serikat. Saat ini menjadi pengajar Teologi Sosial di USD dan pengajar Pendidikan Agama untuk Kelas Internasional di UAJY.
dikutip dari:
http://www.sesawi.net/2015/07/02/menyiapkan-ekaristi-kaum-muda/
Post a Comment