Saat Misa Kudus hari Minggu di sebuah gereja pinggiran kota, setelah bacaan pertama dibacakan, lektor yang bertugas langsung turun dari mimbar, dan tiba-tiba ada suara pengumuman dari dirigen: �Untuk menanggapi Sabda Tuhan marilah kita menyanyikan lagu antar bacaan, nomer�..�. Secara liturgis, ada dua hal yang tidak pas dengan kejadian dan pengumuman ini. Pertama, setelah bacaan pertama itu semestinya dinyanyikan atau didaraskan Mazmur Tanggapan yang telah disediakan dalam Lectionarium ataupun Buku nyanyian Mazmur Tanggapan, dan bukan diganti lagu begitu saja. Kedua, istilah lagu antar bacaan tidaklah tepat, sebab kata antar di situ menunjuk hal sekedar selingan, padahal sesudah bacaan semestinya disampaikan Mazmur Tanggapan atau seandainya terpaksanya nyanyian, mestilah nyanyian tanggapan sabda!
Mazmur Tanggapan memang penting dan diutamakan sebagai tanggapan umat dalam menanggapi Sabda Tuhan. �Sesudah bacaan pertama menyusul mazmur tanggapan yang merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah� (PUMR no. 61). Hal ini menjadi konsekwensi dari ajaran para Bapa Konsili Vatikan II yang menyatakan: �Dalam perayaan Liturgi Kitab Suci sangat penting. Sebab dari Kitab sucilah dikutib bacaan bacaan yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan� (SC24).
Gejala mengganti Mazmur Tanggapan dengan sebuah lagu, apalagi yang bergaya pop yang syairnya jauh dari kata-kata Mazmur masih sering terjadi. Itu misalnya masih terjadi saat Misa di lingkungan, Misa ujud atau bahkan terkadang dalam Misa-misa tahbisan atau pengikraran kaul kaum Religius. Sehebat apapun isi dan bobot syair lagu itu tentu tidak pernah dapat dibandingkan dengan Sabda Allah sendiri sebagaimana digemakan dalam Mazmur Tanggapan.
Sumber :
http://liturgikas.com/merenungkan-pentingnya-mazmur-tanggapan/
Post a Comment