Dominikus lahir pada tahun 1170 di Caleruega, Spanyol, dalam keluarga bangsawan terhormat. Ia dikirim belajar ke Universitas Palencia pada usia 14 tahun. Di Palencia ia tinggal selama 10 tahun untuk menempuh studi dengan penuh semangat dan ketekunan yang membuatnya dianggap sebagai mahasiswa teladan.
Suasana kota pelajar Palencia yang semarak tidak mempengaruhi Dominikus; ia setia menjaga dengan ketat hidup jasmani dan rohaninya. Ia bahkan sering bermatiraga dengan tidur di lantai yang keras. Dominikus juga memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan sesama: satu kali ia menjual buku-bukunya yang mahal dan uang hasil penjualannya dibagikan kepada kaum miskin Palencia yang kelaparan.
Dominikus muda terus bertumbuh dalam kebajikan, dan namanya mulai dikenal oleh uskup di Osma. Sang uskup memanggil Dominikus dan menjadikannya imam kanon reguler. Di bawah pimpinan Diego de Acebo, Dominikus pun mendalami kehidupan religius dan kontemplatif. Setelah Diego diangkat menjadi uskup Osma yang baru, ia mengundang Dominikus untuk ikut bepergian bersamanya menyebarkan Injil. Pada tahun 1206, mereka berdua bersama-sama menawarkan diri kepada Paus Innocentius III untuk pelayanan menyelamatkan jiwa-jiwa. Sri Paus mengutus mereka ke Languedoc, Prancis selatan, untuk menginjili kaum sesat Albigensian.
Pada waktu itu, biarawan-biarawan Cistercian sudah berkarya di tengah kaum Albigensian. Akan tetapi, gaya hidup mereka yang penuh foya-foya membuat mereka dan Gereja Katolik pada umumnya dicemooh oleh orang-orang Albigens. Dominikus melihat bahwa gaya hidup yang demikian membuat pewartaan menjadi gagal, maka ia dan Diego pun berkeliling desa-desa di Languedoc dengan berjalan kaki sambil mengemis. Karya mereka pun mulai menampakkan buah-buahnya: satu persatu orang-orang Albigens bertobat kembali kepada iman Katolik.
Setelah Diego meninggal, Dominikus masih melanjutkan pewartaan, kali ini dengan dibantu komunitas wanita ex-Albigens yang melarikan diri dari daerah tempat tinggal mereka dan menetap di Prouilles. Di bawah bimbingan Dominikus, wanita-wanita tersebut pun menjadi komunitas biarawati Dominikan pertama yang berciri kontemplatif tertutup. Pada waktu itu, nama Dominikus mulai populer di kalangan awam maupun klerus; beberapa kali ia ditawari jabatan sebagai uskup, namun ia selalu menolak karena tetap ingin melanjutkan karyanya berkeliling mewartakan Injil.
Tahun 1215, Dominikus berangkat ke Toulouse ditemani beberapa pengikutnya yang telah terkumpul. Pierre Seilan, seorang kaya warga Toulouse yang menjadikan Dominikus pembimbing rohaninya, memberikan salah satu rumahnya sebagai tempat kediaman mereka: di situlah biara Ordo Pewarta yang pertama didirikan, pada tanggal 25 April 1215. Ordo Pewarta kemudian mengadopsi regula St. Agustinus dan Dominikus mempresentasikannya kepada Sri Paus demi memperoleh pengakuan kanonik. Tanggal 22 Desember 1216, Paus Honorius III menerbitkan Bulla peneguhan Ordo Pewarta; tanggal tersebut kini diperingati sebagai hari lahirnya Ordo.
Tahun 1217, Dominikus memutuskan untuk menyebar para biarawannya berdua-dua ke seluruh penjuru negeri. Biarawan-biarawan yang paling cemerlang dikirimnya ke kota-kota universitas terbesar, yaitu Paris dan Bologna. Dominikus sendiri melanjutkan bepergian keliling Spanyol dan Roma untuk makin memantapkan keberadaan Ordonya. Tahun 1220, para perwakilan biarawan Dominikan, yang kini telah berlipat ganda jumlahnya, berkumpul di Bologna untuk menetapkan konstitusi Ordo yang pertama.
Dominikus meninggal di Bologna tahun 1221 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius IX tanggal 13 Juli 1234.
Sumber: https://dominikanawambogor.wordpress.com/tentang-st-dominikus/
Post a Comment