Latest News

Wednesday, April 27, 2011

Kedudukan Musik Dalam Liturgi

Musik liturgi memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat,

Nyanyian Pembukaan,
tujuannya adalah membuka misa, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri masa liturgi atau pesta yang dirayakan, dan mengiringi perarakan imam beserta pembantu-pembantunya (Pedoman Umum Misale Romawi baru / PUMR no. 47-48).

Nyanyian Tuhan Kasihanilah Kami
sifatnya adalah berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasihannya. Teks liturgi yang resmi adalah:
1. seruan �Tuhan kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat,
2. seruan �Kristus kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat,
3. seruan �Tuhan kasihanilah kami� dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat (PUMR no. 52).

Madah Kemuliaan
kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman Kristen kuno. Lewat madah ini Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak domba Allah, serta memohon belas kasihan-Nya. Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain, juga tidak boleh ditambahi atau dikurangi, atau ditafsirkan dengan gagasan yang lain (PUMR no. 53).

Nyanyian Mazmur Tanggapan
merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur Tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah (Bacaan I dari Kitab Suci Perjanjian Lama). Mazmur Tanggapan biasanya diambil dari buku Bacaan Misa (Lectionarium), para petugas / pemazmur biasanya menggunakan buku resmi �Mazmur Tanggapan dan Alleluya Tahun ABC�.

Nyanyian Ayat Pengantar Injil / Alleluya,
dengan aklamasi Ayat Pengantar Injil ini jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil, dan sekaligus menyatakan iman (PUMR no. 62).

Nyanyian Aku Percaya (fakultatif, maksudnya boleh tidak dinyanyikan):
seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dari Alkitab dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi. Oleh karenanya tidak diperbolehkan menggantinya dengan teks lain (PUMR no. 67-68)

Nyanyian Persiapan Persembahan
tujuannya untuk mengiringi perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian (PUMR no. 74).

Nyanyian Kudus
adalah nyanyian partisipasi umat dalam Doa Syukur Agung. Nyanyian Kudus harus diambil dari buku teks resmi (TPE) (PUMR no. 78 b).

Nyanyian Bapa Kami
tujuannya adalah untuk mohon rezeki sehari-hari (roti Ekaristi), mohon pengampunan dosa, supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Teks Bapa Kami harus diambil dari buku teks misa resmi (TPE) bukan dari teks yang asal-asalan atau teks liar (PUMR no. 85)

Nyanyian Anak Domba Allah
tujuannya adalah untuk mengiringi pemecahan roti dengan teks misa resmi sbb: �Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami (2 X). Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, berilah kami damai.� (PUMR no. 83)

Nyanyian Komuni
tujuannya adalah:
1. agar umat secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahiriah dalam nyanyian bersama,
2. menunjukkan kegembiraan hati,
3. menggarisbawahi corak �jemaat� dari perarakan komuni.

Maka lagu komuni harus bertemakan komuni / tubuh dan darah Kristus, tidak boleh menyanyikan lagu untuk orang kudus / Maria, Tanah Air, panggilan � pengutusan, atau yang lain (PUMR no. 86)

Nyanyian Madah Pujian (sesudah Komuni)
dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas santapan yang diterima yaitu tubuh (dan darah) Kristus sebagai keselamatan kekal bagi manusia (PUMR no. 88).

Nyanyian Penutup
bertujuan untuk mengantar imam dan para pembantu-pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi.

Sedangkan musik rohani / pop rohani tidak memiliki tujuan-tujuan seperti di atas, kalaupun ada yang menggunakannya dalam misa itu artinya dipaksakan. Lebih jelas dapat Anda lihat dalam buku �Kidung Syukur� yang beredar di Keuskupan Agung Jakarta, banyak lagu pop rohani yang dipaksakan menjadi lagu liturgi. Misalnya lagu �You rise me up�, "The Prayer", "She Wears My Ring", dll mari kita lihat bersama:

* siapa yang dimaksud dengan �you� dalam syair lagu �You rise me up�? Yesus Kristus? Tidak, karena memang tidak ada satu katapun mengenai Yesus. Kalau kata �you� yang dimaksudkan adalah untuk Yesus mengapa diungkapkan secara samar-samar?

* lagu ini sangat individual yang justru sangat bertentangan dengan liturgi Gereja yang eklesial

* mengapa harus berbahasa Inggris? Apakah umat yang sederhana dan tidak mengerti bahasa Inggris bisa menghayati lagu tersebut? Apakah dengan lagu yang branded, Tuhan akan selalu mengabulkan permohonan kita, karena sudah pasti terjamin mutunya?

Kesimpulannya lagu ini tidak bisa dimasukkan dalam Liturgi, karena tidak berhubungan erat dengan upacara ibadat, tidak mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, dengan syair yang sangat individual lagu ini tidak memupuk kesatuan hati umat beriman yang sedang beribadat. Kesimpulan ini berlaku bagi semua lagu pop rohani yang beredar di kalangan umat, karena musik rohani memang tidak liturgis, tidak memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat. Dengan kata lain semua lagu pop rohani / musik rohani jelas-jelas bertentangan dengan isi Konstitusi Liturgi (SC) art. 112

Ada 2 dokumen utama yang dijadikan dasar hukum untuk mengatur masalah musik dalam liturgi, yaitu :
SC (Sacrosanctum Concilium) disahkan pada tanggal 4 Desember 1963 Paus Paulus VI)
MS (Musicam Sacram) disahkan pada tanggal 5 Maret 1967 dalam Kongregasi untuk Ibadat Ilahi )

Aneka ragam pola musik diperbolehkan dalam liturgi. Untuk itu, insan musik gereja harus menanggapi secara kreatif dan bertanggung jawab untuk mengembangkan musik baru dalam liturgi masa kini

Awalnya terdapat dua pola dalam menyanyikan misa yaitu :
Misa Latin:
misa meriah di mana ordinarium + proprium dinyanyikan
misa sederhana dimana hanya 4 nyanyian misalnya Pembukaan, Persembahan, Komuni dan Penutup

Misa tanpa nyanyian (tanpa satu lagupun) atau dengan penuh nyanyian (seluruh misa dinyanyikan�Misa ini dianggap tidak cukup membantu untuk liturgi masa kini

Sejalan dengan perkembangan jaman, kini banyak bagian Misa yang boleh dinyanyikan, baik oleh pemimpin ataupun jemaat. Resiko dari perkembangan ini, terutama insan musik harus memahami hakikat dan fungsi dari setiap bagian misa tersebut.

Sumber : http://belajarliturgi.blogspot.com/

Monday, April 25, 2011

Spiritualitas Prodiakon

1. Prodiakon hendaknya menimba semangat dari apa yang ia wakili dan hadirkan, yaitu semangat prodiakon tertahbis, semangat melayani. Dengan demikian, prodiakon dilantik pada hakikatnya untuk mewakili sang pelayan (diakonos).

2. Karena bersangkutan dengan pelayanan doa dan hal-hal yang suci, maka para prodiakon harus akrab dengan Tuhan. Ia harus menjadi seorang pendoa, dalam arti suka berdoa dan hidup dalam doa. Prodiakon haruslah seorang pemohon dan berkembang dalam keutamaan-keutamaan Kristiani, yakni keutamaan-keutamaan dalam iman, harapan, dan kasih. (1 Kor 13: 13)

3. Prodiakon selalu siap menerima tugas dari pastor, Paroki, Lingkungan, Wilayah, RT/RW dan masyarakat, lingkungan kerja, dan tentu saja dari keluarga di rumah.

4. Prodiakon harus selalu siap menghadapi keruwetan hidup, memanggul salibnya setiap hari, dan harus menyangkal diri. (Luk 9: 23)

5. Prodiakon harus rajin menerima sakramen pengakuan / rekonsiliasi, hidup dari kekuatan sabda Allah - hidup dari sakramen-sakramen - rajin membaca Kitab Suci dan merenungkannya. Hal ini semakin mendesak, karena prodiakon sering harus berkhotbah dalam berbagai kesempatan kepada Umat beriman.

6. Devosi kepada Santa Bunda Maria akan amat membantu dalam menyerahkan diri kepada Allah sebagai hamba Tuhan. (Luk 1: 38). Juga berdevosi dan hormat kepada Sakramen Mahakudus.

7. Prodiakon harus selalu siap tugas dan menyediakan diri. Siap dalam segi fisik, keterampilan dan penguasaan tugas, terutama hati yang suci, pikiran yang bersih melalui doa persiapan yang cukup.

8. Prodiakon harus memberikan pelayanan yang maksimal, tanpa memperhitungkan untung-rugi baik moril maupun materiil, tanpa pilih kasih atau pandang bulu, terutama kepada yang miskin, lemah, tersisih, dan sakit.

9. Prodiakon tidak mudah berpuas diri, tidak boleh merasa tahu segala-galanya. Harus mau belajar terus, karena liturgi dan pewartaan selalu berkembang dan terus memperbaharui diri.

10. Prodiakon harus bersikap rendah hati dan siap dikritik, bukan sikap pembenaran diri.

11. Akhirnya, spiritualitas prodiakon paroki merupakan spiritualitas injili yang dihayati sedemikian rupa, sehingga "bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku". (Gal 2: 20)

Sumber : http://prodbernadet.blogspot.com

Tuesday, April 19, 2011

Kamis Putih

Kamis Putih membuka Trihari Suci Paskah dengan perayaan perjamuan Tuhan dan mengenang pendirian sakramen ekaristi.

Melalui Perayaan Kamis Putih, Gereja membuka Trihari paska, saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan bersama sengsara dan wafat-Nya. Trihari paska merupakan puncak, pusat dan sumber segala perayaan liturgi, doa-doa dan segala macam peribadatan yang dilakukan Gereja sepanjang tahun. Trihari paska juga merupakan sumber seluruh kehidupan Kristen kita.

Melalui perayaan Kamis Putih Gereja mengenang perjamuan Tuhan pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Pada malam perjamuan terakhir itu, Ia mencurahkan cinta sehabis-habis-Nya kepada para murid-Nya. Dengan tindakan mencuci kaki para rasul, Tuhan hendak memperagakan dan meneladankan bagaimana para murid harus meletakkan dasar kehidupan bersama kita, yakni kehidupan yang didasarkan dan dikembangkan atas dasar kasih dan pelayanan. Warna liturgi perayaan ini yang didominasi putih hendak mengungkapkan betapa kita harus memurnikan hati dan kehidupan kita. Dan, mewarnainya dengan kasih.

Melalui perayaan Kamis Putih, Gereja juga bermaksud mengenang pendirian Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat. Dua sakramen yang saling bertautan satu dengan lainnya. Dan, bagi kita, sakramen Ekaristi merupakan makanan rohani, sumber kekuatan dalam perziarahan hidup kita menuju Allah. Melalui sakramen ini, Allah hadir dalam rupa roti dan anggur. Perayaan Kamis Putih juga merupakan perayaan kerahiman Allah dimana Allah memperlihatkan belas kasihan dan pengampunan yang luarbiasa kepada umat manusia.

Selama enam pekan madah kemuliaan tidak dinyanyikan, malam ini madah itu akan digemakan secara meriah dengan iringan giring-giring dan lonceng gereja. Tetapi, sesudah itu, kemeriahan akan ditiadakan, sebab, Gereja memasuki masa perkabungannya.

Selanjutnya, pada akhir upacara malam ini, akan diadakan prosesi dan penghormatan sakramen mahakudus. Lalu, altar akan dilucuti, dibersihkan dari segala macam hiasan dan keindahannya. Tindakan liturgis itu hendak mengungkapkan, bahwa pada malam perjamuan terakhir Yesus mengosongkan diri, memberikan diri-Nya bagi kehidupan dunia. Tindakan liturgis itu pula hendak menyatakan, bahwa Gereja memasuki masa kedukaan dan perkabungannya yang mendalam karena mempelainya, Yesus Kristus akan menderita sengsara dan wafat di kayu salib.

Upacara Kamis Putih, akan dilanjutkan dengan tuguran yang akan dilaksanakan di altar samping, tempat yang disiapkan khusus untuk itu. Umat diundang untuk menemani Tuhan yang dalam kegalauan dan penderitaan demi penebusan umat manusia. Tuguran, sekaligus pernyataan solidaritas kita kepada Tuhan Yesus yang bergelut dalam penderitaan-Nya.

Perayaan Kamis akan mengalir menuju perayaan wafat Tuhan, pada hari raya Jumat Agung dan mencapai puncaknya pada malam paska, saat Gereja merayakan kebangkitan Tuhan. Kamis Putih, Jumat Suci dan Malam paska atau trihari paska merupakan satu kesatuan.

Sumber : http://programkatekese.blogspot.com

Wednesday, April 13, 2011

Kamus Kecil : Seputar Devosi dan Kongres Ekaristi

Ekaristi
Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti pujian- syukur. Perayaan Ekaristi pertama- tama merupakan perayaan syukur Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan Kristus.
Misa
Istilah Misa berasal dari rumus pembubaran dalam bahasa Latin pada bagian Ritus Penutup dari Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite missa est yang biasa diterjemahkan dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita Pergilah, kalian diutus! Dengan demikian kata misa dihubungkan dengan perutusan, yakni kita diutus untuk menghadirkan dan mewujudkan apa yang telah kita rayakan dan alami selama Perayaan Ekaristi dalam perjuangan hidup konkret sehari-hari.

Devosi
Devosi berasal dari kata Latin devotio, (kata kerja devovere), yang berarti: kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Dengan demikian devosi menunjuk sikap hati yang mengarahkan dan menyerahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi.

Bentuk-bentuk devosi
Ada macam-macam bentuk devosi yang populer di tengah umat Katolik, a.l. devosi Ekaristi, devosi kerahiman ilahi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Bunda Maria (doa rosario, novena Tiga Salam Maria, Litani Santa Perawan Maria dst), devosi kepada orang-orang kudus (misalnya: santo Yusuf, santo Antonius, santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), ziarah, jalan salib, novena.

Devosi Ekaristi
Devosi Ekaristi ialah bentuk devosi atau olah kesalehan kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi Mahakudus. Devosi Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari Perayaan Ekaristi dan dipandang sebagai olah kesalehan yang mau memperdalam dan memperpanjang apa yang dirayakan dalam Misa Kudus.

Bentuk-bentuk Devosi Ekaristi
Ada dua macam bentuk devosi Ekaristi:
1. Yang dilaksanakan secara bersama, yang meliputi: adorasi Ekaristi, prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus, dan Kongres Ekaristi. Dalam bentuknya yang bersama ini biasanya diberikan Berkat Sakramen Mahakudus kepada umat.
2. Yang dilaksanakan secara pribadi, seperti doa syukur sesudah komuni saat Misa Kudus, dan visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus (visitatio sanctissimi).

Patokan devosi Ekaristi yang sehat
Ada tiga patokan dasar:
1. Devosi Ekaristi yang sesuai dengan iman dan tradisi Gereja
2. Devosi Ekaristi yang membawa kepada pengalaman kesatuan dengan Tuhan (pengalaman mistik) dan pada gilirannya juga dengan sesama
3. Devosi Ekaristi yang mendorong pada perwujudan konkret sehari-hari melalui pelayanan kepada sesama dalam masyarakat.

Adorasi Ekaristi
Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan bersama. Adorasi berasal dari kata Latin adoratio, yang berasal dari kata kerja adorare yang berarti menyembah, bersembah-sujud. Adorasi Ekaristi dapat disebut juga Pujian kepada Sakramen Mahakudus, Pujian kepada Ekaristi Mahakudus, Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, atau Sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Istilah Salve atau Astuti juga menunjuk Adorasi Ekaristi ini.

Macam Adorasi Ekaristi
Ada macam-macam kemungkinan adorasi Ekaristi, a.l. Adorasi Ekaristi Abadi yang dilaksanakan selama 24 jam sehari dan selama 7 hari terus menerus, Adorasi Ekaristi Sehari yang dilaksanakan selama 24 jam, atau Adorasi Ekaristi dalam waktu beberapa jam atau satu jam.

Kongres
Kata kongres berasal dari bahasa Latin congressus, yang berarti: berjalan atau melangkah bersama.

Kongres Ekaristi
Kongres Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi yang dilaksanakan dalam kebersamaan. Maka bila dihubungkan dengan asal kata Latin congressus, istilah Kongres Ekaristi memuat makna: kita membuat langkah atau gerakan bersama untuk maju dalam memahami, merayakan dan menghayati Ekaristi.

Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK)
KEK merupakan pertemuan umat beriman se Keuskupan yang bersama-sama mendalami, merayakan dan menghayati Ekaristi dan segala bentuk devosinya. Seluruh segi dari Ekaristi, ya segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, spiritual, tetapi juga kultural dan sosialnya mendapat perhatian dalam satu kesatuan tema.

Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS (KEK I KAS)
* KEK I KAS menjadi KEK yang pertama di KAS dan bahkan di Indonesia.
* Tema yang dipilih ialah Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan.
* Dasar Kitab Suci-nya untuk tema KEK I KAS ialah Injil Yohanes 6:1-15. Dari persembahan seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus menggandakan makanan untuk ribuan orang. Ini melambangkan peristiwa Ekaristi sendiri!
* Tujuan KEK I KAS a.l. meningkatkan cinta dan penghormatan akan Ekaristi, meningkatkan persaudaraan paguyuban umat beriman yang dijiwai Ekaristi, dan menumbuhkan gerakan solidaritas dalam masyarakat berkat Ekaristi.

Kongres Ekaristi Internasional
Kongres Ekaristi diadakan bisa pada tingkat internasional, nasional, dan lokal atau tingkat Keuskupan. Kongres Ekaristi Internasional yang terakhir, yaitu ke-49, diadakan di Quebec, Kanada, tanggal 15 � 22 Juni 2008 dengan tema Ekaristi, karunia Allah bagi hidup dunia. Sedangkan Kongres Ekaristi pertama kali diadakan di kota Lille, Perancis pada tahun 1881. Sejak pertama kalinya, Kongres Ekaristi didukung dan disetujui oleh Sri Paus.

Sumber : http://kongres-ekaristi.org/kamus.php

Tags