Liturgi sebenarnya merupakan kegiatan bersama untuk kepentingan banyak orang. Kegiatan ini meliputi seluruh kehidupan tetapi berpuncak dan bersumber dalam perayaan. Berarti dalam perayaan-perayaan liturgis umat beriman (anak-anak) bertemu dengan Tuhan (Bapa, Putera, dan Roh Kudus) sebagai puncak dan sumber serta pusat kehidupan manusia.
Sejauh mana anak-anak memahami liturgi sebagai kegiatan bersama? Umumnya anak-anak suka berkumpul bersama dengan teman-teman (dalam perayaan kelompok anak-anak), tetapi dalam perayaan (Ekaristi) umat, sering anak-anak tidak merasa terlibat sungguh-sungguh. Sejauh mana anak-anak memiliki kesadaran akan hadirnya Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam perayaan dan mau berkomunikasi dengan Allah secara pribadi? Mungkin secara bersama lebih mungkin.
Ada kesan bahwa anak-anak lebih ingat diri dan kepentingannya, dan kurang altruistis. Tetapi ada banyak cerita sukses yang mengungkapkan bahwa anak-anak bisa memberi contoh sikap altruistis dan sangat sosial. Ini sikap dasar yang sangat liturgis yang perlu dikembangkan dalam diri anak-anak.
Relasi dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus sebagai pusat kehidupan serta para kudus pelindung juga perlu ditumbuhkan dalam diri anak-anak yang lebih cenderung memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri.
HAK ANAK DALAM LITURGI
Dalam liturgi, anak-anak (bagian dari umat) mempunyai hak untuk merayakan liturgi sebagaimana mestinya sehingga mereka dapat mengalaminya sebagai perayaan keselamatan. Untuk itu anaka-anak mempunyai hak untuk:
* MENDAPAT PERHATIAN
* MENDAPAT RUANG � TEMPAT
* MENDAPAT KESEMPATAN
untuk mengambil bagian dalam perayaan-perayaan.
TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI
Dari Luar
= Imam, pemimpin, petugas khusus lain:
* mengabaikan anak-anak,
* tidak trampil menarik perhatian anak-anak (dengan kata-kata dan sikap)
= Umat:
* acuh terhadap anak-anak,
* membiarkan saja anak-anak melakukan apa yang disukai,
* jengkel, kecewa dan menegur dengan keras.
= Ruang � tempat:
* tak ada ruang yang sesuai atau memadai bagi anak-anak sehingga menyulitkan mereka untuk melihat dan mengalami apa yang sedang terjadi dalam perayaan.
= Kesempatan:
* tidak disediakan kesempatan,
* kesempatan yang disediakan tidak dimanfaatkan dengan baik untuk/oleh anak-anak.
Dalam diri anak-anak
= Cepat beralih perhatian
= Cepat bereaksi: tertawa, menangis, berteriak
= Mudah bergerak dan bereaksi
= Cenderung ingat diri
NAMUN anak-anak pada umunya dapat dengan mudah:
* ditarik perhatiannya dengan berbagai cara
* diarahkan untuk beraksi
* menjadi tenang
* diajak untuk memperhatikan orang lain dan kepentingan bersama
* ambil bagian dalam kebersamaan (meniru) dan kegembiraan yang tulus.
JALAN KELUAR:
1. Mengerti dan menerima anak-anak apa adanya, kemampuan dan kelemahannya.
2. Memberi perhatian, sapaan, bimbingan, teguran lebih dengan sikap dan kehadiran bukan dengan teriakan emosional.
3. Memberi/menyediakan ruang-tempat yang memadai agar anak-anak dapat dengan mudah menyaksikan dan mengalami perayaan.
4. Memberi/menyediakan kesempatan dalam perayaan agar mereka juga aktif mengambil bagian secara bersama atau dalam kelompok.
MEMANFAATKAN KESEMPATAN DALAM LITURGI
1. Liturgi Pembaptisan: diperhatikan/disapa sebagai anak-anak yang sudah dipabtis (dalam kata pengantar, homili); diberi kesempatan untuk bergembira karena ada baptisan baru (mungkin ada yang mewakili anak-anak untuk menyalami/mencium anak baptisan baru atau menyanyi bersama sebagai tanda syukur atas anugerah sebagai anak Allah).
2. Sakramen Pengakuan: Ibadat Tobat bisa dibuat secara khusus untuk anak-anak; dalam ibadat bersama, anak-anak dapat dilibatkan untuk pemeriksaan batin dan pengakuan. Perlu pendekatan khusus buat anak-anak agar mereka tidak takut menerima sakramen pengakuan.
3. Liturgi Ekaristi (Rm Harimanto)
4. Liturgi Penguatan: Setelah pengurapan anak-anak dapat diberi kesempatan untuk mengungkapkan syukur dan kegembiraan dengan cara yang tepat. Tempat yang memudahkan anak-anak menyaksikan dan mengalami perayaan krisma.
5. Liturgi Tahbisan, Liturgi Perkawinan: idem.
6. Liturgi Pengurapan Orang Sakit: Anak-anak disapa untuk memelihara kesehatan.
Tempat yang memudahkan anak-anak menyaksikan kegiatan liturgisnya.
BAHASA DAN SIKAP
Bahasa Daerah dan bahasa Indonesia. Masing-masingnnya mempunyai nilai bila dipakai dalam liturgi. Baik kalau anak-anak juga diajar menggunakan bahasa daerah dalam doa-doa secara spontan, tidak hanya bahasa Indonesia. Sikap liturgis mudah diajarkan pada anak-anak. Mereka mudah mengikuti contoh yang baik dari orang dewasa.
Sumber : http://romopatris.blogspot.com/2011/08/tentang-gereja-dan-adat-istiadat.html
إرسال تعليق