Apa pembeda doktrin dan disiplin? Mengapa Kitab Hukum Kanonik dapat berubah? Kedua hal ini, doktrin dan disiplin, dapat berubah. Dogma tidak dapat berubah. Dogma adalah ajaran iman yang final
Doktrin adalah ajaran Gereja mengenai moral dan iman. Doktrin dapat berubah dalam arti berkembang. Tidak ada satu kuasa di dunia yang mampu menganulir doktrin yang telah ada, bahkan Paus tidak memiliki kuasa ini. Doktrin berkembang tapi tidak bisa menyusut.
Coba kita ambil contoh "Immaculate Conception". Sekarang ini adalah dogma yang tidak bisa diubah sama sekali karena sudah final. Tapi dulu ini adalah doktrin: Doktrin Immaculate Conception. St Thomas Aquinas sempat tidak percaya karena dia berdalih Maria tentunya diselamatkan (baca: dihapus dosanya) oleh Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin menghapus sesuatu yang tidak ada? Pastilah untuk sesaat Maria dalam kandungan memiliki dosa yang kemudian segera dihapus oleh Allah.
Beberapa tahun setelah kematian St. Thomas Aquinas, lahirlah Duns Scotus. Dia membela doktrin Immaculate Conception dengan analogi bila kita menyelamatkan seorang anak kecil dari kecelakaan, kita dapat dikatakan menyelamatkan anak itu. Mencegah mengandung aspek penyelamatan. Maria dicegah berdosa (Immaculate Conception). ini berarti Maria diselamatkan Allah.
Coba kita kembali ke masa St Thomas Aquinas. Dokter Gereja ini berpandangan bahwa Immaculate Conception salah, tetapi Gereja tidak serta merta menganulir doktrin ini. Doktrin tidak bisa menyusut. Gereja tetap pada pendirian bahwa Immaculate Conception adalah doktrin (yang kemudian jadi dogma). Beberapa saat kemudian lahirlah orang yang bisa mengembangkan doktrin ini dan Gereja menambahkan pandangan Don Scotus ke doktrin Immaculate Conception dan mengembangkannya.
Jelas bahwa doktrin memiliki ciri: pertama, mengenai iman dan ajaran. Kedua doktrin dapat berubah dalam arti tidak dapat menyusut, hanya dapat berkembang. St Thomas Aquinas akhirnya meninggal dengan mempercayai Immaculate Conception meski tidak dapat menjelaskannya. Ingin mengetahui mengenai Immaculate Conception? Silakan membaca di sini.
Coba kita ambil contoh "Immaculate Conception". Sekarang ini adalah dogma yang tidak bisa diubah sama sekali karena sudah final. Tapi dulu ini adalah doktrin: Doktrin Immaculate Conception. St Thomas Aquinas sempat tidak percaya karena dia berdalih Maria tentunya diselamatkan (baca: dihapus dosanya) oleh Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin menghapus sesuatu yang tidak ada? Pastilah untuk sesaat Maria dalam kandungan memiliki dosa yang kemudian segera dihapus oleh Allah.
St. Francis of Asisi and Be. Duns Scotus venerating Immaculate Conception |
Coba kita kembali ke masa St Thomas Aquinas. Dokter Gereja ini berpandangan bahwa Immaculate Conception salah, tetapi Gereja tidak serta merta menganulir doktrin ini. Doktrin tidak bisa menyusut. Gereja tetap pada pendirian bahwa Immaculate Conception adalah doktrin (yang kemudian jadi dogma). Beberapa saat kemudian lahirlah orang yang bisa mengembangkan doktrin ini dan Gereja menambahkan pandangan Don Scotus ke doktrin Immaculate Conception dan mengembangkannya.
Jelas bahwa doktrin memiliki ciri: pertama, mengenai iman dan ajaran. Kedua doktrin dapat berubah dalam arti tidak dapat menyusut, hanya dapat berkembang. St Thomas Aquinas akhirnya meninggal dengan mempercayai Immaculate Conception meski tidak dapat menjelaskannya. Ingin mengetahui mengenai Immaculate Conception? Silakan membaca di sini.
Disiplin adalah aturan yang dibuat oleh manusia. Disiplin ditetapkan oleh Paus dengan kuasa mengikatnya. Dengan kuasa melepaskannya, Paus dapat mengubah disiplin. Disiplin dapat diubah seperti membolak-balikkan telapak tangan. Inilah alasan mengapa Kitab Hukum Kanonik dapat berubah. Ini juga alasan perubahaan jadwal perayaan Para Kudus. Bukan karena Gereja plintat plintut melainkan karena kitab itu mengandung aturan buatan manusia yang dapat diubah menyesuaikan keadaan. Ini juga alasan mengapa anggota Gereja Katolik tidak terikat kepada disiplin Yahudi yang tertuang dalam Taurat (dan surat St. Paulus) seperti larangan makan daging babi, larangan mengenakan pakaian dari dua macam bahan, larangan wanita mengepang rambut, larangan wanita mengenakan perhiasan emas dan mutiara, keharusan wanita untuk mengenakan kerudung ibadah (mantilla) dan perintah Hari Sabat. Mengenai Hari Sabat silakan lihat di sini.
Jelas keberadaan disiplin membutuhkan otoritas yang menentukan disiplin itu. Suatu disiplin dapat diterapkan bila ada otoritas yang “memaksa” dan sebaliknya. Kita sebagai anggota Gereja Katolik harus berpegang bahwa hirarki Gereja memiliki wewenang untuk mengajar doktrin, menetapkan disiplin dan membedakan keduanya.
Apakah ada lagi yang dapat memberikan contoh disiplin dalam Kitab Suci?
1. Dasar dogma Immaculate Conception adalah Kitab Suci, Tradisi Apostolik dan Magisterium Gereja Katolik, bukan wahyu pribadi Santo Santa. Wahyu pribadi tidak akan pernah membatalkan dogma.
2. St. Catherine of Sienna ditetapkan sebagai santa bukan karena beliau mendapatkan wahyu pribadi, melainkan karena semasa hidupnya, beliau menampakkan keutamaan Kristiani. Mendapatkan wahyu pribadi yang ternyata berlawanan dengan dogma tidak berarti gelar santa menjadi hangus.
3. St. Catherine termasuk seorang Dominikan yang saat itu sedang gencar-gencarnya menolak doktrin (masih doktrin kala itu) Immaculate Conception. Kemungkinan besar, wahyu pribadi yang diterima beliau terpengaruh oleh pandangan pribadi beliau mengenai Immaculate Conception. Hal ini cukup sulit dan dalam. Mohon pembaca membaca artikel berikut. Uniknya, St Bernadette Soubirous, seorang gadis desa lugu yang tidak memiliki pengetahuan teologis (sehingga tidak memiliki prasangka/pandangan teologis tertentu, berbeda dengan St. Catherine of Sienna, seorang Pujangga Gereja) mendapatkan wahyu pribadi dari Bunda Maria di mana Bunda Maria memperkenalkan diri sebagai Yang Dikandung Tanpa Noda. Menurut saya, wahyu pribadi St. Bernadette mungkin lebih otentik.
---
UPDATE: Saya mendapatkan informasi bahwa St. Catherine of Sienna mengklaim mendapatkan wahyu pribadi dari Bunda Maria, di mana dalam wahyu pribadi tersebut Bunda Maria menyatakan dirinya berdosa. Sehubungan dengan hal ini, saya ingin menekankan beberapa hal:1. Dasar dogma Immaculate Conception adalah Kitab Suci, Tradisi Apostolik dan Magisterium Gereja Katolik, bukan wahyu pribadi Santo Santa. Wahyu pribadi tidak akan pernah membatalkan dogma.
2. St. Catherine of Sienna ditetapkan sebagai santa bukan karena beliau mendapatkan wahyu pribadi, melainkan karena semasa hidupnya, beliau menampakkan keutamaan Kristiani. Mendapatkan wahyu pribadi yang ternyata berlawanan dengan dogma tidak berarti gelar santa menjadi hangus.
3. St. Catherine termasuk seorang Dominikan yang saat itu sedang gencar-gencarnya menolak doktrin (masih doktrin kala itu) Immaculate Conception. Kemungkinan besar, wahyu pribadi yang diterima beliau terpengaruh oleh pandangan pribadi beliau mengenai Immaculate Conception. Hal ini cukup sulit dan dalam. Mohon pembaca membaca artikel berikut. Uniknya, St Bernadette Soubirous, seorang gadis desa lugu yang tidak memiliki pengetahuan teologis (sehingga tidak memiliki prasangka/pandangan teologis tertentu, berbeda dengan St. Catherine of Sienna, seorang Pujangga Gereja) mendapatkan wahyu pribadi dari Bunda Maria di mana Bunda Maria memperkenalkan diri sebagai Yang Dikandung Tanpa Noda. Menurut saya, wahyu pribadi St. Bernadette mungkin lebih otentik.
---
Referensi
Anonymous. Is It A Doctrine or A Disipline? Catholic Answers.http://www.catholic.com/magazine/articles/is-it-a-doctrine-or-a-discipline
Marshall T. Did Thomas Aquinas Deny the Immaculate Conception? (Garigou Lagrange). Canterbury Tales. 2010. http://www.taylormarshall.com/2010/12/did-thomas-aquinas-deny-immaculate.html
إرسال تعليق