Nama adalah tanda. Nomen est omen. Ini rupanya amat sangat dipegang oleh para Saksi Yehova. Saya memiliki beberapa teman Saksi Yehova. Mereka sangat menekankan penggunaan kata Yahwe sebagai nama diri Tuhan. Bahkan terhadap orang Katolik, teman-temanku ini menuduh Gereja Katolik memanipulasi umatnya dengan menutup-nutupi siapa nama Tuhan Allah mereka sebenarnya. Tuduhan yang menarik…
Banyak polemik seputar penggunaan nama Tuhan, Allah dan Yahwe. Umat muslim Malaysia juga mengklaim nama Allah sebagai hak ekslusif mereka. Teman Saksi Yehova saya menekankan bahwa tidak ada kata “TUHAN” dalam kamus Alkitab terbitan LAI TB. Sementara itu, teman Saksi Yehova saya yang lain mempostulatkan bahwa istilah Tuhan adalah bentukan dari Tuan, karena orang Indonesia timur yang mayoritas Kristen tidak bisa mengucapkan Tuan, bisanya Tuhan. Silakan yang merasa dari Indonesia timur protes…
Teman saksi Yehova saya yang pertama seakan ingin menyatakan bahwa Gereja Katolik membelokkan penyembahan yang semula ditujukan untuk Yehova ke dewa lain yang diberi nama Tuhan. Karena takut ketahuan, Gereja tidak memberi acuan siapa Tuhan ini sebenarnya, terbukti dari tidak adanya penjelasan arti kata Tuhan di kamus Alkitab LAI TB. Sementara teman Saksi Yehova saya yang kedua ingin menyatakan bahwa gelar Tuhan Yesus sebenarnya adalah Tuan Yesus dan oleh karena itu Ia hanya tuan, tidak sehakikat dengan Yehova. Dengan mengubah tuan menjadi Tuhan (menambahkan huruf h dan meng-kapital-kan huruf t), Gereja Katolik sekali lagi membelokkan arah penyembahan umatnya.
Apakah ini benar? Sayangnya jawaban terhadap tudingan teman-teman saya yang kebingungan ini tidak langsung saya dapatkan. Gereja Katolik mengajarkan umatnya untuk memanggil Pencipta dengan sebutan apa sih? Bapa. Selain menunjukkan relasi kasih dan ketergantungan yang amat kuat, di banyak kebudayaan terutama kebudayaan timur, memanggil ayah kita dengan nama asli dipandang tidak sopan. Alasan yang lebih penting adalah Yesus, pendiri Gereja Katolik, sendiri menggunakan dan mengajarkan kata Bapa.
Nama diri Pencipta adalah YHWH. Ini adalah jawaban yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada Musa (lih. Kel 3:13-15). Dalam Alkitab terbitan LAI TB, kata yang juga sering dirujuk dengan istilah tetragrammaton diterjemahkan “AKU ADALAH AKU”. YHWH sendiri tidak ditujukan untuk diucapkan. Coba saja ucapkan, maka umumnya manusia akan dengan sendirinya menambahkan huruf a dan e, mengubahnya menjadi Yahwe. Dan sebenarnya setiap kali orang Yahudi menjumpai kata YHWH dalam usaha mereka membaca Taurat, mereka akan menggantinya dan melafalkan kata Adonai sebagai tanda penghormatan tinggi terhadap kekudusan nama Tuhan seperti yang dituangkan dalam perintah III.
Pertama kali saya membaca perikop pewahyuan Tuhan kepada Musa lewat semak belukar ini, kesan yang saya tangkap tentang “AKU ADALAH AKU” (saya membaca Alkitab LAI TB) adalah Tuhan tidak berniat memberitahukan NamaNya. Sepertinya Tuhan setengah setengah dalam menjawab. Apa arti AKU ADALAH AKU? Itu bagiku bukanlah suatu nama. Saya dapat merasakan kebingungan Musa. Apa reaksi bangsa Israel mendengar perkataan Musa bahwa dirinya diutus oleh AKU ADALAH AKU? Bukankah lebih mudah merujuk Tuhan dengan sapaan “Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub”? Bukankah cara ini dengan efektif telah dipakai berkali-kali sepanjang kitab Kejadian? Di saat yang sama saya merasa bahwa jawaban Tuhan itu dicetuskan lebih karena keragu-raguan Musa. KGK 206 mengajarkan bahwa:
Dengan mewahyukan nama-Nya yang penuh rahasia, YHWH: "Aku adalah Dia yang ada" atau "Aku adalah AKU ADA", Allah menyatakan siapa Dia dan dengan nama apa orang harus menyapa-Nya. Nama Allah ini penuh rahasia, sebagaimana Allah sendiri juga penuh rahasia. Ia adalah nama yang diwahyukan dan pada waktu yang sama boleh dikatakan sebuah penolakan untuk menyatakan suatu nama. Tetapi justru karena itu ia menegaskan dengan cara yang paling baik, Siapa sebenarnya Allah: Yang mengatasi segala sesuatu, yang tidak dapat kita mengerti atau katakan, Yang Mulia tak terbatas. Ia adalah "Allah yang tersembunyi" (Yes 45:15), nama-Nya tidak terkatakan dan bersama itu pula Ia adalah Allah yang menghadiahkan kehadiran-Nya kepada manusia.
Jelas bahwa Sang Pencipta yang bertemu dengan Musa dalam semak belukar, yang adalah Allah Israel sejati dan yang mengutus Yesus, tidak ingin NamaNya menjadi sesuatu yang dapat diulang-ulang dengan sebegitu mudahnya. Saya tidak tahu dari mana teman-teman saya mendapatkan istilah Yehova. Saya membaca YHWH sebagai Yahwe dan sebenarnya saya lebih senang memilih menggunakan sapaan Bapa.
Sekarang tentang allah dan Allah. Dalam perjalanan imannya, bangsa Israel bergerak dari paham politeisme menuju ke monoteisme. Pada awalnya bangsa Israel menganggap ada banyak “Kekuatan” yang lebih besar dari manusia, yang disebut sebagai allah, ilah, atau dalam bahasa Ibrani el (Inggris: god). Dari kata el dibentuk kata elohim, yang bearti para ilah atau para allah (Inggris: gods). Rupanya para ilah/para allah/elohim/gods ini dipimpin oleh satu pemimpin yang paling berkuasa, yang kekuasaannya jauh melebihi gabungan kekuasaan para ilah lain. Sang pemimpin para allah/elohim/gods ini disebut Allah/Elohim/God. Para allah/elohim/gods ini mengabdi kepada Allah/Elohim/God sebagaimana yang ditunjukkan dengan penggunaan nama kelompok (elohim) sebagai nama diri pemimpin (Elohim). Bagaimana perjalanan iman bangsa Israel dari politeisme menuju monoteisme saya tuangkan dalam artikel .
Sekarang benang kusut dalam pikiranku mulai terurai. Saya mulai dapat meraba bahwa Allah nenek moyang bangsa Israel yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub mewahyukan NamaNya sebagai YHWH kepada Musa yang ragu-ragu. Kata Allah sendiri merupakan kata yang merujuk ke identitas sebagai pemimpin tertinggi sekaligus nama diri. Karena memandang sakral kata YHWH, bangsa Israel menggunakan kata Adonai, yang diterjemahkan sebagai Tuhan (Inggris: Lord). Sekarang untuk Yesus Kristus penggunaan yang betul adalah Adonai/Tuhan/Lord atau adonai/tuan/lord? Dalam bahasa Ibrani Kuno yang digunakan dalam penulisan Perjanjian Lama, vokal dan kapital tidak dikenal, sehingga Adonai dan adonai adalah satu kata yang sama. Penggunaan kata adonai bukan monopoli Yesus karena Daud pun pernah dirujuk menggunakan kata adonai (lih 2 Sam 12:7). Kenapa pada kasus Daud, yang dipakai adalah adonai sehingga diterjemahkan sebagai tuan, dan pada kasus Yesus kata yang dipakai adalah Adonai yang diterjemahkan sebagai Tuhan? Jangan-jangan untuk Yesus pun, kata yang digunakan adalah adonai (tuan)?
Teman saya yang lain dari Gereja Protestan memberikan alasan karena lebih banyak yang mendukung penggunaan Adonai untuk Yesus sehingga dapat disimpulkan itulah yang benar. Mmm…,mayoritas belum tentu benar. Gereja Katolik memiliki jawabannya yaitu untuk Yesus, kata yang benar adalah Adonai karena para Rasul dan bapa Gereja selalu menggunakan Adonai (dengan kapital A), oleh karena itu Gereja Katolik sebagai Gereja yang berciri apostolic melanjutkan praktik ini. Inilah pentingnya Tradisi Suci. Mengenai apakah pantas Yesus Kristus menggunakan kata Adonai akan dibahas di sini dan beberapa artikel mendatang.
Kristus Pantocrator, Ikon dari Gereja St. Catharina, Gunung Sinai |
Dapat disimpulkan bahwa Allah memberikan Nama YHWH sebagai jawaban terhadap Musa. Nama YHWH dilafalkan Adonai dan gelar ini dengan pantas disandang oleh Yesus, Allah yang menjadi manusia. Ketiga nama ini sinonim.
Pada saat LAI menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Indonesia, LAI sadar bahwa YHWH tidak untuk disebutkan dan tradisi Yahudi akan serta merta melafalkan Adonay. Masalahnya apakah tradisi baik ini dikenal oleh umat Kristen Indonesia. Bila YHWH tetap diterjemahkan YHWH, jangan-jangan nama sakral tersebut akan disebutkan berkali-kali oleh orang Kristen, meski tanpa maksud menghina. Akhirnya LAI menerjemahkan menjadi TUHAN. ini sesuai dengan Septuaginta, yang menerjemahkan YHWH menjadi KYRIOS (arti: TUHAN).3
Sehingga sebagai kesimpulan YHWH = Adonay = Tuhan =TUHAN = Yesus
Pada saat LAI menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Indonesia, LAI sadar bahwa YHWH tidak untuk disebutkan dan tradisi Yahudi akan serta merta melafalkan Adonay. Masalahnya apakah tradisi baik ini dikenal oleh umat Kristen Indonesia. Bila YHWH tetap diterjemahkan YHWH, jangan-jangan nama sakral tersebut akan disebutkan berkali-kali oleh orang Kristen, meski tanpa maksud menghina. Akhirnya LAI menerjemahkan menjadi TUHAN. ini sesuai dengan Septuaginta, yang menerjemahkan YHWH menjadi KYRIOS (arti: TUHAN).3
Sehingga sebagai kesimpulan YHWH = Adonay = Tuhan =TUHAN = Yesus
Referensi
1. Hadianto J. Habis Sensus Terbitlah Bencana. Dalam Wacana Biblika; Memperbincangkan Monoteisme. Vol 11. No 3. Jakarta: Yayasan Lembaga Biblika Indonesia, 2011
2. O'Brien. No 'Yahwe' in songs, prayers at Catholic Masses, Vatican rules. Catholic News Service. http://www.catholicnews.com/data/stories/cns/0804119.htm
3. Mengenai dasar alasan terjemahan Kitab Suci LAI, silakan klik.
Source : http://ipsaconteretcaputtuum.blogspot.com/2011/11/nama.html
2. O'Brien. No 'Yahwe' in songs, prayers at Catholic Masses, Vatican rules. Catholic News Service. http://www.catholicnews.com/data/stories/cns/0804119.htm
3. Mengenai dasar alasan terjemahan Kitab Suci LAI, silakan klik.
Source : http://ipsaconteretcaputtuum.blogspot.com/2011/11/nama.html
Post a Comment