Kebiasaan merayakan Natal pada 25 Desember adalah suatu tradisi sejak abad IV, karena pada tanggal tersebut orang-orang Romawi (kafir) biasa merayakan kelahiran �Sol Invincibilis� (=Matahari yang tak terkalahkan).
Tanggal tersebut bertepatan dengan peralihan musim gugur ke musim dingin serentak saat dimulainya siang yang lebih panjang daripada malam. Suatu kemenangan matahari atas kegelapan, karena dalam 6 bulan sebelumnya siang lebih pendek daipada malam. Oleh orang-orang Kristen, Yesus dianggap Sang Matahari Sejati yang memberi terang atas manusia.
Sistem Kalender Masehi yang kita pakai sampai sekarang, yang menetapkan bahwa tahun kelahiran Yesus adalah tahun 1 Masehi, didasarkan pada perhitungan Diakon Dionisius pada tahun 525. Sebelumnya, belum ada sistem Kalender Masehi, karena tiap-tiap suku bangsa mempunyai sistem kalender sendiri sebagai cara untuk mencatat suatu peristiwa penting yang terjadi di dalam hidup. Semisal, orang Yunani mencatat, ��tahun sebelum Olympiade� atau �� tahun sesudah Olympiade; orang Romawi mengungkapkan �� tahun sejak kota Roma didirikan�; orang Yahudi mengungkapkan, �dalam tahun � sesudah mereka keluar dari Mesir� (Bil 1: 1) atau dalam tahun ke � raja � (1Raj 15: 1 atau pada waktu � menjadi Imam Agung (Luk 3:2), dan karena Yesus adalah orang Yahudi, maka sejarah hidup-Nya dicatat menurut perhitungan waktu bangsa Yahudi.
Dalam Injil Lukas 3:1 kita tahu bahwa Yohanes membaptis Yesus bersama orang banyak dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius. Menurut perhitungan Dionisius, Kaisar Tiberius mulai memerintah tahun 767 sejak kota Roma didirikan. Maka, tahun ke lima belas pemerintahannya adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan. Baptisan Yesus merupakan awal karya publik Yesus, yang menurut Lukas 3:23 Yesus berumur kira-kira 30 tahun. Jadi, tahun kelahiran Yesus, menurut perhitungan Dionisius, adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan, dikurangi 29 tahun (jumlah tahun yang sudah pasti dijalani Yesus), yakni tahun 753 sejak kota Roma didirikan, yang sama dengan tahun 1 Masehi.
Perayaan Natal
Hal merayakan Natal pada 25 Desember telah menjadi tradisi dan tanggal tersebut ditradisikan sampai sekarang dalam kalender liturgi Gereja Katolik. Rupanya yang mau diangkat untuk dihayati demi pengembangan iman selanjutnya ialah, pertama, nilai tradisi yang terkandung pada tanggal tersebut; kedua, Yesus yang lahir adalah �Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita� (Yoh 1:14. Dengan kenyataan ini Yesus tidak mempertahankan keallahan-Nya dan telah mengambil rupa sebagai manusia (Fil 2:6-7). Ketiga, kegelapan dunia hanya bisa dikalahkan dengan cara demikian yang telah ditunjukkan oleh Yesus dan bekerjasama dengan kerendahan hati, kesetiaan, menyimpan perkara Allah dalam hati seperti Maria beserta denga ketulusan hati yang ada pada Yosef; keempat, ketiga nilai ini harus kita persiapkan..
Oleh karena itu di dalam kalender liturgi Gereja Katolik disediakan suatu masa sebagai persiapan yakni masa Adven. Masa Adven itu membuka tahun liturgi yang baru, dan bagi umat Katolik mempunyai arti khusus, yakni sebagai masa untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus Kristus. Seruan Yohanes Pembaptis mengajak kita agar bertobat. Pertobatan membuat kerendahan hati, kesetiaan, hal menyimpan perkara Allah dan kelurusan hati bersedia dimurnikan dalam diri kita agar layak dan pantas menyambut kelahiran Yesus Kristus Tuhan. Dan lebih dari itu, pertobatan ini membuat pengampunan Allah sungguh menjadi keselamatan bagi kita. Karena itu sebelum tanggal 25 Desember, kita belum merayakan natal, tetapi masih mempersiapkannya.
Namun bagaimana sikap kita (apabila ada dalam suasana hidup kekristenan dengan Gereja-Gereja Kristen lainnya), kalau diundang untuk menghadiri perayaan Natal sebelum tanggal 25 Desember?
Pertama, kita perlu menjelaskan bagaimana umat katolik mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Natal sepanjang masa Adven.
Kedua, kalau kita menimbang perlu, dalam rangka kebersamaan dalam hidup masyarakat, baiklah kita terima undangan untuk ikut hadir pada perayaan Natal yang sudah dipersiapkan.
Ketiga, kita ikut hadir sebagai penghargaan atas undangan yang ada, tetapi tidak ikut aktif menyelenggarakan-nya.
Keempat, seandainya toh kita diminta untuk ambil bagian dalam menyumbangkan nyanyian atau memberi renungan, hendaknya kita menyanyikan lagu masa Adven yang bernada penantian, demikian juga dengan renungan yang kita berikan.
Kelima, dalam segala hal kita berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik, dengan sikap yang bijaksana dan terbuka dalam pergaulan dan dialog di tengah masyarakat.
Sumber : http://paroki-sragen.or.id/
إرسال تعليق