Seringkali kita dengan begitu saja menyamakan homili dengan khotbah. ternyata keduanya punya perbedaan yang cukup penting. Perbedaan itulah yang hendak dijelaskan dalam tulisan ini.
Kotbah
Khotbah bisa diartikan sebagai suatu pidato yang berhubungan dengan keagamaan. Kotbah berasal dari kata Latin: praedicare - harafiahnya: berbicara di depan, -- (Jerman: predigen, Inggris: to preach, Belanda: preek, Jawa: pr�k), yang berarti: mewartakan, menunjukkan, atau memberitakan. Secara liturgis, kotbah merupakan suatu pewartaan atau pemberitaan mengenai iman, yang temanya bisa menyangkut apa saja, dari soal KS, ajaran Gereja, ajaran moral, dsb. Demikian pula, kotbah selalu bisa diberikan di mana saja, tidak hanya dalam konteks liturgi atau ibadat, tetapi bisa juga di dalam rapat, pertemuan, di jalan raya, di pasar, di aula, di terminal, dsb.
Dalam Kisah Para Rasul, kita mebaca para tokoh suci yang berkotbah, misalnya kotbah Petrus kepada orang banyak sesudah peristiwa Pentekosta (Kis 2:14-36), kotbah Petrus di Serambi Salomo (Kis 3:12-26), di depan Mahkamah Agama (Kis 4:8-12), atau Paulus yang berkotbah di Athena (Kis 17:22-31). Singkatnya, kotbah bisa dilakukan di mana saja, mengulas tema apa saja, dan bertolak dari sumber mana saja dan tidak harus dari KS.
Homili
Homili bisa dibedakan secara jelas dari kotbah. Menurut istilahnya, homili berasal dari kata Yunani homilia, yang berarti: percakapan atau pembicaraan yang enak, akrab, saling memahami. Dalam pengertian liturgis, homili memiliki arti yang jelas dan dibedakan dengan kotbah. Berbeda dengan kotbah, homili selalu merupakan penjelasan atas bacaan KS yang dibacakan dalam liturgi atau ibadat. Dengan demikian, sifat khas homili ialah mengupas/menguraikan dan menjelaskan isi KS sesuai dengan konteks hidup jemaat saat itu. Dengan demikian pula, homili selalu ada dalam konteks liturgi atau ibadat.
Kesimpulannya, berbeda dengan kotbah, homili selalu bertemakan sesuai isi bacaan KS, bertolak dari KS dan dilaksanakan atau berlangsung dalam suatu perayaan liturgi atau ibadat. Pewartaan sesudah Injil yang disampaikan oleh uskup atau imam dalam misa kudus adalah homili. Jika ada frater, suster, bruder, prodiakon, atau pun katekis yang menyampaikan renungan sesudah pembacaan KS dalam rangka ibadat sabda atau ibadat lainnya, maka mereka menyampaikan homili.
Akan tetapi, kita juga bisa mengatakan bahwa jika suatu kotbah disampaikan dalam rangka perayaan liturgi atau ibadat, dan kotbah itu betul-betul mengulas isi KS yang dibacakan, maka kotbah itu adalah suatu homili. Jadi, kotbah bisa menjadi homili bila disampaikan dalam perayaan liturgi dan betul-betul bertolak dari isi KS. Tetapi, homili tidak bisa menjadi kotbah bila dilakukan di luar perayaan liturgi atau ibadat. Begitu di luar perayaan liturgi atau ibadat, pewartaan iman tersebut menjadi suatu kotbah. Contoh sebuah homili yang sangat bagus ialah homili Yesus, yang bisa dibaca dalam Injil Luk 4:16-21: �Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya� (Luk 4:21. Bdk. Yes 61).
Nah, kita akhirnya tahu kapan mendengar khotbah dan kapan mendengar homili, bukan?
Sumber:
http://romopatris.blogspot.co.id/2011/11/perbedaan-antara-homili-dan-kotbah.html
إرسال تعليق